Ngentot Mama Tiri Mudaku

Cerita Dewasa Seru - kami sajikan cerita foto bergambar yang sebelumnya ada Bercinta Dengan Teman Kampus lalu dilanjutkan kembali ada Ngentot Mama Tiri Mudaku yang dirangkum khusus anda selanjutnya selamat menikmati.


Aku baru saja pulang dari rumah temanku seusai mengerjakan tugas kelompok salah satu mata
kuliah. Tugas yang benar-benar melelahkan itu akhirnya selesai juga hari itu. Ketika aku
meninggalkan rumah temanku langit sudah gelap, jamku menunjukkan pukul delapan. Yang
kutakutkan adalah bensinku tinggal sedikit sekali, padahal rumahku cukup jauh dari daerah
ini lagipula aku agak asing dengan daerah ini karena aku jarang berkunjung ke temanku yang
satu ini.

Di perjalanan aku melihat sebuah pom bensin, tapi harapanku langsung sirna karena begitu
mau membelokkan mobilku ternyata pom bensin itu sudah tutup, aku jadi kesal sampai
menggebrak setirku, terpaksa kuteruskan perjalanan sambil berharap menemukan pom bensin
yang masih buka atau segera sampai ke rumah.

Ketika sedang berada di sebuah kompleks perumahan yang cukup sepi dan gelap, tiba-tiba
mobilku mulai kehilangan tenaga, aku agak panik hingga kutepikan mobilku dan kucoba
menstarternya, namun walupun kucoba berulang-ulang tetap saja tidak berhasil, menyesal
sekali aku gara-gara tadi siang terlambat kuliah jadi aku tidak sempat mengisi bensin
terjebak tidak tahu harus bagaimana, kedua orang tuaku sedang di luar kota, di rumah cuma
ada pembantu yang tidak bisa diharapkan bantuannya.

Tidak jauh dari mobilku nampak sebuah pos ronda yang lampunya menyala remang-remang. Aku
segera turun dan menuju ke sana untuk meminta bantuan, setibanya di sana aku melihat 5
orang di sana sedang ngobrol-ngobrol, juga ada 2 motor diparkir di sana, mereka adalah
yang mendapat giliran ronda malam itu dan juga 2 tukang ojek.
“Ada apa Non, malam-malam begini? Nyasar ya?”, tanya salah seorang yang berpakaian hansip.
“Eeh.. itu Pak, Bapak tau nggak pom bensin yang paling dekat dari sini tapi masih buka,
soalnya mobil saya kehabisan bensin”, kujawab sambil menunjuk ke arah mobilku.
“Wah, kalo pom bensin jam segini sudah tutup semua Non, ada yang buka terus tapi agak jauh
dari sini”, timpal seorang Bapak berkumis tebal yang ternyata tukang ojek di daerah itu.
“Aduuhh.. gimana ya! Atau gini aja deh Pak, Bapak kan punya motor, mau nggak Bapak beliin
bensin buat saya, ntar saya bayar kok”, tawarku.
Untung mereka berbaik hati menyetujuinya, si Bapak yang berkumis tebal itu mengambil
jaketnya dan segera berangkat dengan motornya. Tinggallah aku bersama 4 orang lainnya.
“Mari Non duduk dulu di sini sambil nunggu”.

Seorang pemuda berumur kira-kira 19 tahunan menggeser duduknya untuk memberiku tempat di
kursi panjang itu. Seorang Bapak setengah baya yang memakai sarung menawariku segelas air
hangat, mereka tampak ramah sekali sampai-sampai aku harus terus tersenyum dan berterima
kasih karena merasa merepotkan. Kami akhirnya ngobrol-ngobrol dengan akrab, aku juga
merasakan kalau mereka sedang memandangi tubuhku, hari itu aku memakai celana jeans ketat
dan setelan luar berlengan panjang dari bahan jeans, di dalamnya aku memakai tanktop merah
yang potongan dadanya rendah sehingga belahan dadaku agak terlihat. Jadi tidak heran si
pemuda di sampingku selalu berusaha mencuri pandang ingin melihat daerah itu.

Kompleks itu sudah sepi sekali saat itu, sehingga mulai timbul niat isengku dan
membayangkan bagaimana seandainya kuberikan tubuhku untuk dinikmati mereka sekalian juga
sebagai balas budi. Sehubungan dengan cuaca di Jakarta yang cukup panas akhir-akhir ini,
aku iseng-iseng berkata, “Wah.. panas banget yah belakangan ini Pak, sampai malam gini aja
masih panas”. Aku mengatakan hal tersebut sambil mengibas-ngibaskan leher bajuku kemudian
dengan santainya kulepaskan setelan luarku, sehingga nampaklah lenganku yang putih mulus.
Mereka menatapku dengan tidak berkedip, agaknya umpanku sudah mengena, aku yakin mereka
pasti terangsang dan tidak sabar ingin menikmati tubuhku. Si pemuda di sampingku
sepertinya sudah tak tahan lagi, dia mulai memberanikan diri membelai lenganku, aku diam
saja diperlakukan begitu. Salah satu dari mereka, seorang tukang ojek berusia 30 tahunan
mengambil tempat di sebelahku, tangannya diletakkan diatas pahaku, melihat tidak ada
penolakan dariku, perlahan-lahan tangan itu merambat ke atas hingga sampai ke payudaraku.
Aku mengeluarkan desahan lembut menggoda ketika si tukang ojek itu meremas payudaraku,
tanganku meraba kemaluan pemuda di sampingku yang sudah terasa mengeras.
Melihat hal ini kedua Bapak yang dari tadi hanya tertegun serentak maju ikut menggerayangi
tubuhku. Mereka berebutan menyusupkan tangannya ke leher tanktop-ku yang rendah untuk
mengerjai dadaku, sebentar saja aku sudah merasakan kedua buah dadaku sudah digerayangi
tangan-tangan hitam kasar. Aku mengerang-ngerang keenakan menikmati keempat orang itu
menikmatiku.

“Eh.. kita bawa ke dalam pos aja biar aman!”, usul si hansip.
Mereka pun setuju dan aku dibawa masuk ke pos yang berukuran 3×3 m itu, penerangannya
hanya sebuah bohlam 40 watt. Mereka dengan tidak sabaran langsung melepas tank top dan
bra-ku yang sudah tersingkap. Aku sendiri membuka kancing celana jeansku dan menariknya ke
bawah. Keempat orang ini terpesona melihat tubuhku yang tinggal terbalut celana dalam pink
yang minim, payudaraku yang montok dengan puting kemerahan itu membusung tegak. Ini
merupakan hal yang menyenangkan dengan membuat pria tergiur dengan kemolekan tubuhku,
untuk lebih merangsang mereka, kubuka ikat rambutku sehingga rambutku terurai sampai
menyentuh bahu.

Si hansip menyuruh seseorang untuk berjaga dulu di luar khawatir kalau ada yang memergoki,
akhirnya yang paling muda diantara mereka yaitu si pemuda itu yang mereka panggil Mat
itulah yang diberi giliran jaga, Mat dengan bersungut-sungut meninggalkan ruangan itu. Si
hansip mendekapku dari belakang dan tangannya merogoh-rogoh celana dalamku, terasa benar
jari-jarinya merayap masuk dan menyentuh dinding kewanitaanku, sementara di tukang ojek
membungkuk untuk bisa mengenyot payudaraku, putingku yang sudah menegang itu disedot dan
digigit kecil.

Kemudian aku dibaringkan pada tikar yang mereka gelar disitu. Mereka bertiga sudah membuka
celananya sehingga terlihatlah tiga batang yang sudah mengeras, aku sampai terpana melihat
batang mereka yang besar-besar itu, terutama punya si hansip, penisnya paling besar
diantara ketiganya, hitam dan dipenuhi urat-urat menonjol.
Celana dalamku mereka lucuti jadi sekarang aku sudah telanjang bulat. Aku langsung meraih
penisnya, kukocok lalu kumasukkan ke mulutku untuk dijilat dan dikulum, selain itu tangan
lembutku meremas-remas buah zakarnya, sungguh besar penisnya ini sampai tidak muat
seluruhnya di mulutku yang mungil, paling cuma masuk tiga perempatnya. Si tukang ojek
mengangkat sedikit pinggulku dan menyelipkan kepalanya di antara kedua belah paha mulusku,
dengan kedua jarinya dia sibakkan kemaluanku sehingga terlihatlah vagina pink-ku di antara
bulu-bulu hitam.

Lidahnya mulai menyentuh bagian dalam vaginaku, dia juga melakukan jilatan-jilatan dan
menyedotnya, tubuhku menggelinjang merasakan birahi yang memuncak, kedua pahaku mengapit
kencang kepalanya karena merasa geli dan nikmat di bawah sana. Bapak bersarung menikmati
payudaraku sambil penisnya kukocok dengan tanganku dan payudaraku yang satunya diremasi si
hansip yang sedang ku-karaoke

Aku sering melihat sebentar-sebentar Mat nongol di jendela mengintipku diperkosa teman-
temannya, nampaknya dia sudah gelisah karena tidak sabaran lagi untuk bisa menikmati
tubuhku. Tak lama kemudian aku mencapai orgasme pertamaku melalui permainan mulut si
tukang ojek pada kemaluanku, tubuhku mengejang sesaat, dari mulutku terdengar erangan
tertahan karena mulutku penuh oleh penis si hansip. Cairanku yang mengalir dengan deras
itu dilahap olehnya dengan rakus sampai terdengar bunyi, “Slurrpp.., sluupp..”.
Puas menjilati vaginaku, si tukang ojek meneruskannya dengan memasukkan penisnya ke
vaginaku, eranganku mengiringi masuknya penis itu, cairan cintaku menyebabkan penis itu
lebih leluasa menancap ke dalam. Aku merasakan nikmatnya setiap gesekannya dengan melipat
kakiku menjepit pantatnya agar tusukannya semakin dalam. Bapak bersarung menggeram-geram
keenakan saat penisnya kujilati dan kuemut, sedangkan si hansip sekarang sedang meremas-
remas payudaraku sambil menjilati leher jenjangku. Aku dibuatnya kegelian nikmat oleh
jilatan-jilatannya, selain leher dia jilati juga telingaku lalu turun lagi ke payudaraku
yang langsung dia caplok dengan mulutnya.

Beberapa saat lamanya si tukang ojek menggenjotku, tiba-tiba genjotannya makin cepat dan
pinggulku dipegang makin erat, akhirnya tumpahlah maninya di dalam kemaluanku diiringi
dengan erangannya, lalu dia lepaskan penisnya dari vaginaku. Posisinya segera digantikan
oleh si hansip yang mengatur tubuhku dengan posisi bertumpu pada kedua tangan dan lututku.
Kembali vaginaku dimasuki penis, penis yang besar sampai aku meringis dan mengerang
menahan sakit ketika penis itu.
“Wuah.. memek Non ini sempit banget, untung banget gua hari ini bisa ngentot sama anak
kuliahan.. emmhh.. ohh..”, komentar si hansip.

Sodokan-sodokannya benar-benar mantap sehingga aku merintih keras setiap penis itu
menghujam ke dalam, kegaduhanku diredam oleh Bapak bersarung yang duduk mekangkang di
depanku dan menjejali mulutku dengan penisnya, penis itu ditekan-tekankan ke dalam mulutku
hingga wajahku hampir terbenam pada bulu-bulu kemaluannya. Aku sangat menikmati menyepong
penisnya, kedua buah zakarnya kupijati dengan tanganku, sementara di belakang si hansip
mengakangkan pahaku lebih lebar lagi sambil terus menyodokku, si tukang ojek beristirahat
sambil memain-mainkan payudaraku yang menggantung. Si Bapak bersarung akhirnya ejakulasi
lebih dulu di mulutku, dia melenguh panjang dan meremas-remas rambutku saat aku
mengeluarkan teknik mengisapku, kuminum semua air maninya, tapi saking banyaknya ada
sedikit yang menetes di bibirku.

“Wah, si Non ini.. cantik-cantik demen nenggak peju!”, komentar si tukang ojek melihatku
dengan rakus membersihkan penis si Bapak bersarung dengan jilatanku.
Tiba-tiba pintu terbuka, aku sedikit terkejut, di depan pintu muncul si Mat dan si tukang
ojek berkumis tebal yang sudah kembali dari membeli bensin.
“Wah.. ngapain nih, ngentot kok gak ngajak-ngajak”, katanya.
“Iya nih, cepetan dong, masa gua dari tadi cuma disuruh jaga, udah kebelet nih!”, sambung
si Mat.

“Ya udah, lu dua-an ngentot dulu sana, gua yang jaga sekarang”, kata si tukang ojek yang
satu sambil merapikan lagi celananya.
Segera setelah si tukang ojek keluar dan menutup pintu, mereka berdua langsung melucuti
pakaiannya, si Mat juga membuka kaosnya sampai telanjang bulat, tubuhnya agak kurus tapi
penisnya lumayan juga, pas si tukang ojek berkumis melepas celananya barulah aku
menatapnya takjub karena penisnya ternyata lebih besar daripada punya si hansip,
diameternya lebih tebal pula.
“Gile, bisa mati kepuasan gua, keluar satu datang dua, mana kontolnya gede lagi!”, kataku
dalam hati.

Si hansip yang masih belum keluar masih menggenjotku dari belakang, kali ini dia memegangi
kedua lenganku sehingga posisiku setengah berlutut. Si Mat langsung melumat bibirku sambil
meremas-remas dadaku, dan payudaraku yang lain dilumat si tukang ojek itu. Nampak Mat
begitu buasnya mencium dan memain-mainkan lidahnya dalam mulutku, pelampiasan dari hajat
yang dari tadi ditahan-tahan, aku pun membalas perlakuannya dengan mengadukan lidahku
dengannya. Kumis si tukang ojek yang lebat itu terasa sekali menyapu-nyapu payudaraku
memberikan sensasi geli dan nikmat yang luar biasa. Si Bapak bersarung sekarang
mengistirahatkan penisnya sambil mencupangi leher jenjangku membuat darahku makin bergolak
saja memberi perasaan nikmat ke seluruh tubuhku. Ketika aku merasa sudah mau keluar lagi,
sodokan si hansip pun terasa makin keras dan pegangannya pada lenganku juga makin erat.
“Aaahh..!”, aku mendesah panjang saat tidak kuasa menahan orgasmeku yang hampir bersamaan
dengan si hansip, vaginaku terasa hangat oleh semburan maninya, selangkanganku yang sudah
becek semakin banjir saja sampai cairan itu meleleh di salah satu pahaku. Tubuhku sudah
basah berkeringat, ditambah lagi cuaca yang cukup gerah.
Setelah mencapai klimaks panjang mereka melepaskanku, lalu si Bapak bersarung berbaring di
tikar dan menyuruhku menaiki penisnya. Baru saja aku menduduki dan menancapkan penis itu,
si tukang ojek menindihku dari belakang dan kurasakan ada sesuatu yang menyeruak ke dalam
anusku. Edan memang si tukang ojek ini, sudah batangnya paling besar minta main sodomi
lagi. Untung daerah selanganku sudah penuh lendir sehingga melicinkan jalan bagi benda
hitam besar itu untuk menerobosnya, tapi tetap saja sakitnya terasa sekali sampai aku
menjerit-jerit kesakitan, kalau saja ada orang lewat dan mendengarku pasti disangkanya
sedang terjadi pemerkosaan.

Dua penis besar mengaduk-aduk kedua liang senggamaku, si Bapak bersarung asyik menikmati
payudaraku yang menggantung tepat di depan wajahnya. Si Mat berlutut di depan wajahku,
tanpa disuruh lagi kuraih penisnya dan kukocok dalam mulutku, tidak terlalu besar memang,
tapi cukup keras. Kulihat wajahnya merah padam sambil mendesah-desah, sepertinya dia grogi
“Enak gak Mat? Kamu udah pernah ngentot belum?”, tanyaku di tengah desahan.
“Aduh.. enak banget Non, baru pernah saya ngerasain ngentot”, katanya dengan bergetar.
Aku terus mengemut penis si Mat sambil tanganku yang satu lagi mengocok penis supernya si
hansip. Si Mat memaju-mundurkan pantatnya di mulutku sampai akhirnya menyemprotkan maninya
dengan deras yang langsung kuhisap dan kutelan dengan rakus. Tidak sampai dua menit si
tukang ojek menyusul orgasme, dia melepas penisnya dari duburku lalu menyemprotkan
spermanya ke punggungku. Si Bapak bersarung juga sepertinya sudah mau orgasme, tampak dari
erangannya dan cengkeramannya yang makin erat pada payudaraku. Maka kugoyang pinggulku
lebih cepat sampai kurasakan cairan hangat memenuhi vaginaku. Karena aku masih belum
klimaks, aku tetap menaik-turunkan tubuhku sampai 3 menit kemudian aku pun mencapainya.
Setelah itu si Bapak bersarung itu keluar dan si tukang ojek yang tadi berjaga itu kembali
masuk.

“Aduh, belum puas juga nih orang.. bisa pingsan gua lama-lama nih!”, pikirku
Tubuhku kembali ditelentangkan di atas tikar. Kali ini giliran si Mat, dasar perjaka.. dia
masih terlihat agak canggung saat ke mau mulai sehingga harus kubimbing penisnya untuk
menusuk vaginaku dan kurangsang dengan kata-kata
“Ayo Mat, kapan lagi lu bisa ngerasain ngentot sama cewek kampus, puasin Mbak dong kalo lu
laki-laki!”.

Setelah masuk setengah kusuruh dia gerakkan pinggulnya maju-mundur. Tidak sampai lima
menit dia nampak sudah terbiasa dan menikmatinya. Si hansip sekarang naik ke dadaku dan
menjepitkan penisnya di antara kedua payudaraku, lalu dia kocok penisnya disitu. Aku
melihat jelas sekali kepala penis itu maju mundur di bawah wajahku. Si tukang ojek
berkumis menarik wajahku ke samping dan menyodorkan penisnya.
Kugenggam dan kujilati kepalanya sehingga pemiliknya mendesah nikmat, mulutku tidak muat
menampung penisnya yang paling besar di antara mereka berlima. Aku sudah tidak bisa
ngapa-ngapain lagi, tubuhku dikuasai sepenuhnya oleh mereka, aku hanya bisa menggerakkan
tangan kiriku, itupun untuk mengocok penis si tukang ojek yang satu lagi. Tubuhku basah
kuyup oleh keringat dan juga sperma yang disemburkan oleh mereka yang menggauliku.
Setelah mereka semua kebagian jatah, aku membersihkan tubuhku dengan handuk basah yang
diberikan si hansip lalu memakai kembali pakaianku. Mereka berpamitan padaku dengan
meneput pantatku atau meremas dadaku. Si tukang ojek berkumis mengantarku ke mobil sambil
membawa sejerigen bensin yang tadi dibelinya.

Setelah membantuku menuangkan bensin ternyata dia masih belum puas, dengan paksa
dilepaskannya celanaku dan menyodokkan penisnya ke vaginaku. Kami melakukannya dalam
posisi berdiri sambil berpegangan pada mobilku selama 10 menit. Untung saja tidak ada
orang atau mobil yang lewat disini. Setibanya di rumah aku langsung mengguyur tubuhku yang
bau sperma itu di bawah shower lalu tidur dengan perasaan puas.
Sungguh pengalaman yang memuaskan, dan aku suka dengan seks liar seperti ini. Pada
kesempatan lain akan kuceritakan pengalamanku ngeseks dengan pelatih mengemudiku, 2 orang
pengamen, dosenku, satpam kampusku, tukang becak yang mangkal di kompleksku, Pak RT,
karyawan di kampusku, dan lain sebagainya.

TAMAT By Cerita Dewasa 66 | Foto Seks Bergambar Cewek IGO Ngentot - Foto Seks Bergambar | Cerita Mesum | Cerita Seks | Cerita Panas | Cerita Dewasa Hot